Articles

MEMBERI ITU INDAH

By A.Khoerussalim Ikhs. 
Penulis buku BISNIS KOK MIKIR ! 

Bagaimanakah tumbuhan itu tumbuh dan membesar? Bagaimana manusia itu tumbuh dan membesar? Jawabnya adalah karena sel-sel dalam tubuh manusia atau tumbuhan senantiasa terus menunjukkan perkembangannya.
Bagaimana sel itu berkembang? Sel bertambah banyak dengan membelah dirinya. Begitu pula dengan kecerdasan kita,kata Robert T.Kiyosaki. Pada saat kita membagi sebuah masalah menjadi dua, kita telah meningkatkan kecerdasan kita. Jika kemudian kita membelah yang dua itu,kita mempunyai empat, dan kecerdasan kita pun menjadi berlipat ganda.
Bila kita melihat dengan mikroskop yang memiliki tingkat ketelitian tinggi,maka kita akan menyaksikan secara detail bagaimana sel-sel dalam tubuh manusia itu mengembang. Dengan sangat cepat sel-sel itu membagi dirinya menjadi dua, tiga,empat dan seterusnya.Namun di saat yang bersamaan sel-sel itu juga ada yang musnah dan terus diperbaharui. Ada yang terus tumbuh, ada pula yang tiada. Ada yang berkembang, ada pula yang kian hilang.  Dari fenomena itu kita menyaksikan bahwa membesarnya tubuh manusia atau binatang dan tumbuhan itu bergantung bagaimana proses “membelah”-nya sel-sel itu. Sel-sel yang cepat membelah akan sangat berpengaruh pada perkembangan tumbuhan atau tubuh manusia itu sendiri. Sel-sel yang tidak membelah maka akan semakin mengecilkan atau bahkan bisa mematikan tumbuhan itu sendiri.
Dalam hal kecerdasan,  ilmu yang sudah kita dapat itu tidak akan berkembang bila kita tidak pernah melipatgandakannya. Kita diminta untuk menyebarkannya, walau hanya satu ayat (Balighuni walau ayatan) yang baru kita miliki, maksudnya adalah supaya apa yang kita miliki itu akan menjadi terus mengembang karena kita menyampaikannya kepada orang lain. Kita harus membagi ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan untuk terus berbagi dengan orang lain. Dengan begitu maka ilmu kita sejatinya menjadi tidak akan pernah habis karena kita sudah bagikan kepada orang lain. Justru ilmu kita akan terus ditambah karena kita sudah membagikannya kepada orang lain.
Kecerdasan kita melipatgandakan dengan membagi. Alam melipatgandakan (mengalikan) dengan membagi (memberi). Filosofi “memberi” ini menjadi sangat penting dan menarik untuk kita kaji lebih dalam karena sejatinya Allah SWT juga sudah mengingatkan kita seperti yang tertuang di dalama Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261; Seumpama orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan lipatgandakan dari satu butir menjadi tujuh bulir, dan dari tujuh bulir masing-masing Allah akan lipatgandakan menjadi seratus butir. Sesungguhnya Allah Maha Luas Karunianya
Dalam urusan harta pun ternyata bila ingin dilipatgandakan maka kita diperintahkan untuk membagikannya kepada orang lain. Perintah untuk bersedekah, berzakat dan mengeluarkan infak di jalan Allah adalah perintah yang menunjukkan kepada kita betapa siapa yang mentaatinya maka Allah pasti akan lipatgandakan berkali-kali lipat.
Dalam sebuah hadits yang lain bahkan diriwayatkan bila Anda bersedekah  secara ikhlas maka niscaya Allah akan gantikan secara tunai lebih 700 kali lipat dalam waktu tidak akan melebihi dua hari. Namun bila Anda bersedekah dengan ragu atau tidak ikhlas maka diakhirat nanti Allah juga pasti ganti dengan 70 kali lipat, berupa pahala setelah kematian anda.
Fakta di lapangan juga kita menyaksikan bahwa orang yang pandai bersedekah, konsisten mengeluarkan zakat dan secara ikhlas terus memberikan dharmanya kepada orang lain atau kepada mereka yang membutuhkannya maka kita tidak menyaksikan kehidupan mereka sengsara.Justru sebaliknya,mereka yang ahli sedekah dan berdharma itu senantiasa dicukupkan kehidupannya di dunia dan akhirat. Harta mereka terus melimpah,usaha mereka berkembang,karir mereka terus melaju dan apapun yang dipayakannnya selalu dimudahkan.
Barang siapa mencukupkan dirinya untuk orang lain maka niscaya orang tersebut akan dicukupi oleh Allah. Barang siapa memikirkan kemajuan untuk orang lain maka dipastikan anda tidak akan terlantar karenanya. Barang siapa mendahulukan orang lain maka niscaya anda dipastikan akan memperoleh jaminan perhatian dariNya.
Melayani orang lain itu adalah mulia, karenanya pula dipastikan anda akan dimuliakan. Bila anda melayani kepentingan orang banyak maka anda akan memperoleh perhatian dan kasih sayang orang lain. Bila anda mendahulukan kepentingan orang banyak maka dipastikan anda akan memperoleh apresiasi dan dukungan dari orang lain lebih banyak. Anda memberi dipastikan anda tidak akan kehilangan,namun sejatinya anda akan memperoleh yang lebih banyak lagi. Anda berbagi maka niscaya Anda akan memperoleh kemuliaan dan kenikmatan yang lebih.
Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri. Ada seorang Kiay yang saya sangat menghormatinya dan sangat saya junjung tinggi ajaran-ajarannya. Saya sering berguru dan “nyantri” dengannya. Saya banyak belajar dengannya. Kiyai dari Kota Probolinggo Jawa Timur itu ---maaf saya tidak menyebutkan namanya untuk menghindari ria atau ketidak etisan dalam pergaulan saya dengannya--- selalu memberikan sedekahnya setiap hari. Bahkan di hari-hari tertentu saya melihat lebih dari 10 juta dalam sehari beliau infakkan. Seluruh santrinya belajar dengan gratis dan semua kebutuhan hidupmereka secukupnya dipenuhinya. Setiap hari santri-santrinya meminta tolong kepada gurunya,baik secara langsung maupun via sms (short massage service). 
Prinsipnya begitu beliau memperoleh uang atau rizki apapaun maka segera rizki itu akan dibaginya kepada banyak orang yang lain. Dalam kehdupannya sehari-hari tidak pernah makan seorang diri, dia akan makan selalu bersama orang lain. Siapapun yang dekat dengannya bila waktu makan tiba maka dipastikan akan ditraktirnya.
Kehidupan dunianya (semoga juga akhiratnya) sangat berlimpahkan harta karena setiap beliau membutuhkan uang untuk suatu keperluan perjuangan dakwahnya selalu uang itu tersedia secara tunai. Mungkin anda tidak percaya dengan ceritra saya ini. Namun sesungguhnya itu adalah fakta yang saya saksikan dan beberapa santri lain juga saksikan. Setiap pengajian yang beliau  pimpin, tak segan beliau sering membagi-bagikan uangnya. Orang alim yang satu ini tidak pernah saya menyaksikan seperti para ustadz atau kiay pada umumnya yang mengharapkan amplop atau bayaran dari para jamaahnya atau bahkan dari orang yang sudah ditolongnya.
Pernah suatu kali saya bertanya,”Saya tidak pernah melihat kiay bekerja layaknya saya dan orang-orang lain seperti saya, namun kiay selalu memiliki uang yang banyak. Uang dalam pecahan Rp 50.000,- atau Rp 100.000,- selalu tersedia berbundel-bundel dalam tas dan kopernya. Bagaimana kiay memperoleh uang?”. “Saya memperoleh uang dari Allah”, paparnya tanpa mau menjelaskan lebih detailnya seperti apa.
Padahal, sekali lagi, kiay ini saya tidak pernah melihatnya bekerja layaknya manusia biasa yang senantiasa berdagang, menjadi karyawan di suatu perusahaan atau instansi. Saya tidak pernah melihatnya beliau bekerja untuk motif mencari uang. Yang saya tahu beliau hanya senantiasa membantu orang lain dalam setiap urusan santri atau ummatnya, baik urusan pengobatan suatu penyakit, selamatan dan doa. Atau terkadang menjadi “calo” mempertemukan orang yang butuh  sesuatu produk dengan pembelinya. Hanya mempertemukan, tidak ikutan dalam bisnis tersebut. Sukses fee atau “uang dengar” sering diselipkan dengan ucapan terimakasih. Tetapi itu juga hanya sesekali saja.  Kerjanya adalah membantu orang lain dengan fikirannya, ilmunya, tenaganya, hartanya, uangnya bahkan jiwanya.
Namun demikian Allah senantiasa mencukupinya. Terbukti keempat istrinya, semuanya memakai mobil yang terbilang mewah dengan rumah masing-masing dibuatkan dengan harga yang sangat menawan. Lebih dari 200 santrinya sudah dibelikan sepeda motor, beberapa diantaranya juga dibelikan mobil. Mobil keluarganya sendiri lebih dari 14 jenis mobil mewah senantiasa siap untuk menjadi fasilitas yang memudahkannya untuk berjuang di jalan Allah.
Sebuah kehidupan yang menurut saya sangat luar biasa dan mangagumkan. Apalagi jika melihat kehidupannya yang senantiasa hanya berdakwah dan berjuang dijalan Allah bersama para santri-santrinya. Secara kasat mata dia hidup seperti layaknya manusia lain yang tampil dengan segala kesederhanaannya,namun bila ditelisik secara lebih dalam ke dalam kehidupan pribadinya maka harta dan uang sangatlah berlimpah.
Seorang pemilik Siba Island di Sumatra Utara juga orang yang diberkahi Allah lantaran dari orang yang sangat sederhana dan tidak pernah memimpikan memiliki pulau , kini dia memilikinya dengan segenap fasilitas yang dibuatnya layaknya hotel-hotel dan resort bintang empat. Walau penulis baru mendengankan ceritanya dari seorang rekan yang pernah bertemu dan berkunjung ke pulaunya, namun say ayakin kegemarannya menyantuni anak yatim piatu setiap bulan senantiasa dilakukannya hingga hari ini, merupakan kunci keberhasilannya selain tentu saja ikhtiarnya yang terus disempurnakan.. Konon bungalow di pulaunya “tidak boleh dipakai” tanpa ada sedekah dari para pemakainya untuk kaum papa di lingkungan pulau itu. Kegemarannya member   itulah yang membuat hidupnya kian berlimpajh namun tak pernah sombong kepribadiannya. Semoga Allah terus mengampuni dan memberikan bimbingan kapada mereka yang dermawan dan gemar menafkahkan hartanya di jalan Allah itu.
Begitulah kehidupan orang yang ahli sedekah. Allah senantiasa akan mencukupinya. Masalahnya adalah bisakah kita seikhlas beliau para alim dalam perjuangannya? Bisakah setawakal hambanya yang senantiasa hanya mengharap ridhaMu ya Allah? Bisakah dalam keseharian hidupnya senantiasa hanya memasrahkan sepenuhnya dihadapan Allah? Bisakah Anda menjadikan Allah tempat bergantung semata,tanpa ada yang lainnya?
Saya melihat satu kehidupan yang selalu penuh dengan syukur. Sebagai contoh ketika seorang alim itu hanya punya uang ditangannya Rp 10.000,-.Maka orang yang pandai bersyukur akan mengatakannya, “Al Hamdulillah, saya masih ada uang yang cukup untuk hari ini”. Dimanfaatkannya uang itu seoptimal mungkin untuk hidupnya di jalan Allah. Bahkan bila ada yang memintanya, niscaya beliau akan memberikanya pada orang yang meminta bantuannya itu.
Bisakah kita seikhlas itu dalam hidup ini? Bisakah kita sepasrah itu dalam hidup ini ? Atau kita termasuk orang yang mengatakan, “Waduh, uang tinggal Rp 10.000,- hari ini. Bagaimana dengan besok? Kita tak punya uang besok hari !”. Atau kita akan mengatakan, “ Yah,uang tak ada lagi untuk hari esok ?”. Bila itu yang terjadi,maka betapa kita tak pernah bersyukur dengan rizkiNya. Wajar kalau Allah memberikannya secara berbeda antara orang yang pandai bersyukur dengan orang yang kufur nikmat. Orang yang pandai bersyukur maka Allah senantiasa tambah terus kenikmatannya, sementara mereka yang kufur nikmat maka Allah akan kurangkan nikmat dan keberkahannya.
Artinya bila kita ingin dilipatgandakan maka kita harus menjadi orang yang pandai bersyukur dan pandai memberi. Tangan senantiasa terbuka dan menjulur ke dapan, bukan menggenggam dan mengepalkan tangannya. Senantiasa menengadahkan tangan dan mukanya hanya kepadaNya. Di situlah kita menjadi tahu makna belajar quantum untuk bisa membuat hidup ini menjadi berlipatganda hasilnya. Anda mau ?
Bisnis pun juga begitu. Bisnis itu bukanlah sumber kita mengeruk uang atau keuntunga. Rizki, apapun bentuknya adalah tetap hak prerogratif Allah kepada siapa akan diberikan, berapakah jumlahnyadan dengan cara bagaimana Dia akan memberikannya. Terserah semuanya kepada Allah SWT semata.
Apa yang kita upayakan dengan bekerja,berbisnis dan menolong sesama itu hanyalah jalan datangnya rizki. Uang datang bukan karena bisnis kita yang hebat dan maju pesat, namun uang datang karena Allah “sedang berkehendak” untuk mendatangkannya lewat bisnis yang sedang kita upayakan ini. Bayangkan manakala Allah SWt “sedang tidak berkehendak” mendatangkan rizkinya lewat usaha kita, maka apapun yang kita upayakan, sebaik apapun usaha kita, sesempurna apapun secara kasat mata usaha kita, sebagus apapun produk dan manajemen bisnis kita, namun bila Dia belum berkehendak menggelontorkan rizkinya lewat apa yang kita upayakan maka itu tetap hanyalah keniscayaan. Kuncinya adalah bagaimana caranya supaya Allah SWT selalau berkehendak menggelontorkan rizkinya kewat apa yang kita upayakan? Jawaban atas pertanyaan itu adalah bagaimana caranya berbisnis dengan Allah SWT?
Seperti memekarnya tubuh manusia dan tumbuhan yang selalu mengembang lewat pemisahan sel-sel, maka sejatinya lewat pemberian demi pemberian kita kepada orang lain itulah yang akan mendongkrak pertumbuhan usaha yang kita jalankan.
Ada cerita menarikyang saya dapatkan dari koran INDOPOS terbitan hari Kamis, tanggal 3 September 2009. Adalah Erlyn Undari dan Trias Kudotomo (Tomy), pasangan suami istri yang sukses dengan bisnis konveksi merek Viody-nya. Viody adalah merek baju muslim dan  baju tidur anak-anak yang diproduksinya hingga saat ini. Diceritakan suatu saat bisnisnya anjlok dan diujung kebangkrutannya lantaran lebih dari 3000 potong tidak terjual. Padahal ketika itu usaha baju anak-anaknya sedang dimulai. Praktis dengan tidak terjualnya produk itu seluruh modal yang sangat terbatas itu mandek dan berhenti disitu. Erlyn dan Tomy,begitu mereka sering dipanggilnya,  harus berjuang ekstra keras untuk bisa membuat bisnisnya berjalan kembali.
Mereka menawarkannya baju-baju itu ke toko, relasi atau siapa saja yang dia temui. Hasilnya nol besar. Mereka menolak dagangannya. Tak putus sampai di situ, perjuangan lebih keras terus dilakukannya dengan tetap sabar dan terus berjuang tak kenal kata berhenti. Yang ada di otaknya adalah bagaimana pun caranya, sampai kapan pun waktunya,  akan dilakukan untuk supaya dagangan produksinya laku dan jadi duit.
Namun apa mau dikata, usaha kerasnya itu tetap saja belum membuahkan hasil yang memuaskan. Sampai akhirnya  sisa barang dagangannya disumbangkan ke Aceh yang saat itu dihantam badai tsunami. Sebagian lagi dibagi-bagikan kepada tetangga dan orang lain  yang membutuhkan. Cukup lama pasutri ini berada dalam kondisi bisnisnya yang limbung seperti itu. Satu per satu karyawannya mengundurkan diri, orang-orang di sekitar mulai mencibirkan kemampuan bisnisnya dan bisnisnya pun tak kunjung membaik. Kondisi ini cukup membuat suami istri dari Asemrowo, Surabaya itu terpukul.
Suatu hari saat mereka berdua sedang merenung di dalam rumah,pasangan ini melihat seorang pemulung tua yang sedang  mengais sampah di depan rumahnya. Melihat pemulung tua ini,hati Tomy bergemuruh. “Bapak itu sudah tua tetapi masih semangat bekerja, kenapa saya yang masih muda terkena masalah sedikit saja sudah merasa putus asa”, kata Tomy waktu itu. Kebingungannya memuncak, tak tahu lagi harus berbuat apa agar usahanya lancar.
Secara spontan pasutri itu memanggil  si pemulung tua itu dan memberinya makan,pakaian dan uang saku secukupnya. Pemulung tua itu tentu saja bingung mendapatkan perlakuan tuang rumah yang memperlakukannya bak tamu agung dan terhormat. “Saya bilangsama bapak tua itu, mulai hari itu setiap hari harus mampir ke rumah,makan di sini,”katanya.
Semenjak hari itu usahnya terasa ada jalan terang, perlahan hari demi hari menunjukkan perkembangannya yang positif hingga berkembang seperti sekarang  yang tersebar produknya hingga ke berbagai pelosok negeri ini. “Mungkin Allah memberi kami teguran agar kami membantu sesama”, lanjutnya sambil mengeluarkan air mata mengingat kejadian waktu itu.
“Memberi” adalah kunci keberhasilan mengembangnya usaha kita. Seperti halnya tumbuhan dan tubuh manusia ini yang “membelah” untuk memekarkan dirinya.
Tulisan di dalam buku ini sejatinya dimaksudkan juga dalam rangka “memberi” kepada banyak  orang untuk memeroleh ide-ide bisnis yang bisa membantu mengatasi masalah usaha mikro. Banyak masalah yang dihadapi orang yang belum berbisnis, banyak masalah yang dihadapi orang setelah mencoba-coba berbisnis, banyak juga masalah  yang setelah berbisnis bertahun-tahun juga tidak berkembanga usahanya.
Masalah-masalah usaha mikro ini kami sajikan dalam format konsultasi supaya bisa dinikmati pembaca dengan detail satu persatu masalah yang dihadapinya. Dengan begitu harapannya pembaca akan menikmati sajian kami dengan sersan (serius tapi santai),ringan dan tetap bisa memperoleh inspirasi-inspirasi segar dari berbagai kasus yang tersajikan.
Lewat ini juga kami berterimakasih dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada harian KONTAN yang lebih kurang selama 2 tahun ini bekerja sama dengan Entrepreneur College yang saya pimpin untuk mengisi rubrik konsultasi usaha dengan tulisan-tulisan saya itu.
Rubrik konsultasi usaha yang kami asuh setiap dua pekan  di harian KONTAN telah memberikan ide-ide strategis buat para pelaku usah mikro dan kecil khususnya. Hal itu terlihat dari respon-respon yang muncul dari pembacanya baik via redaksi KONTAN, handphone (081584938901) atau email saya (khoerussalim@yahoo.co.id). Apa yang tersaji di sini sebagian sudah pernah dimuat di harian KONTAN dan sebagian lagi belum karena masih tersimpan di arsip file komputer saya.
Semoga saja apa yang tersaji lewat KONTAN maupun buku ini terus bisa merupakan sumbangan kami pada ide-ide kecil yang bisa  menemani para pelaku usaha mikro,khususnya, menjalani hari-hari perjuangannya mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Mereka terus dan harus terus didampingi oleh para profesional karena mereka memang membutuhkan pertolongan itu.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua mentor-mentor Entrepreneur College yang selama ini setia berjuang bersama kami walau terkadang tanpa penghargaan materi yang semesetinya. Kuatnya keberpihakan Entrepreneur College pada pemberdayaan pelaku usaha mikro,kecil dan menengah khsusunya, memang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kami akan terus bersama mereka; yang belum berbisnis supaya berbisnis, yang sudah berbisnis namun stagnan atau tidak berkembang maka kami akan datang memberikan ide-ide segar dan cerdas untuk mereka,  yang sedang lesu dan loyo kami mesti memberi semangat untuk membuat mereka terus bergairah walau sesulit apapun usaha mereka saat ini.
Sesulit apapun bisnis itu akan lebih sulit kalau kita tidak memiliki bisnis. Semangat yang harus terus dikobarkan adalah berbisnis itu boleh berganti produk, namun berhenti berbisnis  itu tidak boleh. Bisnis harus jalan terus walau apapun resiko dan halang rintang yang  mesti akan dihadapi. Layar terkembang, pantang surut ke belekang. Begitu semangat pengusaha sejati.
Entrepreneru College akan terus memberikan siraman motivasi dan semangat untuk terus optimis menatap secara positif setiap etape perjuangan para pengusaha Indonesia. Kondisi ekonomi yang sulit, harga-harga yang tidak stabil, daya beli masyarakat yang lemah,kurs rupiah yang naik turun,suku bunga bank yang tidak pernah berpihak pada kondisi bisnis riil pelaku uisaha kecil, bahkan hingga mindset anak-anak bangsa ini yang lebih senang jadi priyayi dan karyawan dibanding bersusah payah bergelut dengan resiko usaha yang belum jelas penghasilan setiap harinya.
Banyak anak-anak muda negeri ini yang tidak mau jadi salesmen, penjual , bahkan seorang pengusaha. Mereka memiliki cara pandang yang salah tentang salesmenship dan entrepreneurship sehingga profesi itu tidak menjadi kebanggan anak-anak muda.
Contohnya agen penjual polis asuransi. Penjual polis asuransi merupakan  profesi yang tidak banyak disukai anak-anak negeri ini. Keluar masuk SDM agen asuransi ini diperusahaan jasa keuangan ini sangat tinggi dan akibatnya sangat mempengaruhi perkembangan bisnis asuransi itu sendiri. Mengapa mindset masyarakat kita tentang asuransi belum mencapai pemahaman yang baik dan benar? Salah satunya adalah karena pengaruh para penjual atau  agen asuransi tersebut yang belum atau tidak paham dengan visi misi bisnis asuransi. Banyak agen asuransi menjual polis karena ingin komisi dan bukan karena ingin menolong orang lain laiknya misi  asuransi yang semestinya. Pekerjaannya yang sulit, penuh tantangan, penuh penolakan, tak jelas hasilnya, tak jelas waktunya, namun mulia misinya, tetap saja tidak menarik bagi sebagian besar anak negeri ini. Masa depan seorang salesmen yang tak jelas membuat beberapa orang tua juga tidak membolehkan anaknya berlatih atau berprofesi sebagai salesmen.
 Semua masalah-masalah itu akan terus menjadi kajian pokok dan perhatian utama kami selaku lembaga  yang consern dengan pertumbuhan jumlah pengusaha di negeri ini.
Seperti banyak dilansir media masa,bahwa kini jumlah pengusaha Indonesia baru mencapai  sekitar 0,18 % dari jumlah total penduduk negeri ini. Dibutuhkan sedikitnya 2 % dari total penduduk negeri ini untuk menjadi pengusaha sehingga menegri initidak tertinggal terus dengannegara-negarav tetanggan seperti Malaysia dan Singapura, misalnya.
Entrepreneur College memiliki misi “One Family One Entrepreneur”. Cita-cita dan mimpi besar seperti itu kami persembahkan untuk sebuah Indonesia masa depan yang mampu mandiri dan berdaulat secara penuh, tidak seperti sekarang yang secara ekonomi kita tak berdaya dengan kekuatan asing dan kapitalisme yang menghisap.
Kita boleh belajar dan harus terus belajar kepada mereka, namun bukan berarti kita kehilangan jati diri atau kedaulaan ekonomi kita.  Kita harus mendiri dan melahirkan orang-orang kuat yang mampu menguasai market dengan sebaik-baiknya. Karena siapapun yang mampu menguasai pasar maka dialah yang akan jadi pemenangnya. Kita harus terus meningkatkan capacity building SDM entrepreneur kita untuk melahirkan orang-orang kuat dan tangguh yang juga memiliki social entrepreneurship pada patriotism bangsa ini.
Kelemahan kita saat ini, salah satunya karena jumlah pengusahanya yang sangat terbatas sehingga manusia Indonesia asli yang mampu mengembangkan modalnya dan segala potensi kreatifnya juga sangat terbatas bila dibanding dengan jumlah penduduk negeri ini yang banyak dan potensi sumberdaya alam yang melimpah.  Lewat misi itu kami sedang bermimpi, suatu saat,  50 juta lebih keluarga Indonesia memiliki satu pengusaha sukses di rumahnya masing-masing. Betapa indahnya Indonesia masa depan ketika “one family one entrepreneur” itu mewujud di rumah-rumah kita. Kemiskinan tidak akan terjadi, pengangguran tidak ada dan kesejahteraan di depan mata. Semoga Allah SWT mengabulkan do’a dan mimpi-mimpi itu. Wallah’alam
Kami sadar bahwa misi kami itu tidak mudah dan sangat  utopis. Namun kami juga percaya bahwa “tidak ada yang tidak mungkin” bila kita terus berusaha dan berusaha. Untuk itulah perjuangan kami untuk menciptakan setiap keluarga di negeri ini harus ada minimal satu pengusaha, semoga bisa memperoleh dukungan dari berbagai pihak dan komponen bangsa di negeri ini. Kami senantiasa terus membuat pelatihan-pelatihan Entrepreneurship secara reguler, baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka itu para mentor yang tergabung di network Entrepreneur College memiliki andil besar terhadap perjuangan kami selama ini. Sekali lagi, terima kasih para sahabat, semoga Allah SWT melimpahkan kemudahan buat perjuangan kita selalu dan kesuksesan buat semuanya.
Maka itu  dukungan dari Deputi Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementerian UKM dan Koperasi RI beserta staff yang sangat memberikan kami darah penyemangat bahwa perjuangan kami selama ini diperhatikan oleh pemerintah. Bukan itu saja, apresiasi yang tinggi juga patut kami haturkan kepada Deputi Kewirausahaan Pemuda dan Industri Oleh Raga Kementerian Pemudan dan Olah Raga RI beserta jajarannya juga memberikan kami guyuran motivasi yang luar biasa untuk terus berjuang
Saudara Drs.H.Abd.Muhaimin Iskandar,MSi, menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, yang secara khusus kami minta memberikan kata pengantar di buku ini, juga telah memberikan aura persahabatan dalam perjuangan masa  lalu hidup kembali untuk sama-sama berjuang memakmurkan negeri ini lewat tumbuhnya banyak tenaga kerja baru yang tercipta karena penyerapan-penyerapan lahirnya banyak pengusaha yang terus ditumbuhkan. Entrepreneur College terus menciptakan pengusaha-pengusaha baru, maka lahirlah banyak tenaga kerja yang terserap karenanya, dan pengangguran pun makin terkikis.
Mereka semuanya mewakili kementeriannya masing-masing telah banyak bekerja sama dengan kami dalam berbagai training penciptaan wirausaha-wirausaha baru, baik untuk pemuda, insan cendekia kalangan kampus, pemuda remaja masjid, ormas kepemudaan, pensiunan, kelompok-kelompok masyarakat keagamaan, pelaku koperasi, pengusaha mikro dan kecil, dan berbagai kelompok masyarakat lainnya  di berbagai pelosok negeri ini, dari Sabang sampai Merauke. Semoga makin banyak komponen bangsa lainnya yang bisa bekerja sama dengan kami. Kami terbuka dengan siapapun untuk bermitra selama kita satu visi dan satu misi untuk Indonesia masa depan yang semangat entrepreneurshipnya kian membara. Untuk itu silahkan Anda menghubungi 081584938901 atau E-mail ke khoerussalim@yahoo.co.id
Saya juga merasa terdorong betul oleh semangat yang diberikan oleh istri  saya, Siti Arofah. I Love you full. Dengan susah payah dan ketabahanmu menemani hari-hari perjuangan ini namun kau tetap setia berjuang bersamaku. Aku tahu terkadang kau capek dan lelah dengan hasil yang terkadang nihil, namun karena keyakinan dan semangat yang terus kau kobarkan padaku maka hari-hari sulit itu pun berlalu dengan kemudahan. Terkadang kita nangis bersama karena letihnya perjuangan ini,namun terkadang pula kita tertawa bersama karena apa yang kita upayakan ternyata membuahkan secercah harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Anak-anaku yang aku banggakan. Tegar Muwafiqul Haqqani yang sedang berjuang dan senang menghafal Al-Quran di pesantrennya, Fuad Mushtholahul Fallah yang terus berjuang rengking kelasnya pada urutan pertama di pesantrennya, Sofia Rif’atul Maftuhah yang sedang rajin belajar untuk lulus sekolah dasar dan masuk ke sekolah menengahnya, Mohammad Rizki yang cerdas dan mulai gandrung dengan bahasa Inggris, Mohammad Nurul Qolby yang sangat senang bermain game di komputernya dan si bungsu,Faizin Notonagoro,yang lucu dan menggemaskan karena sedang belajar berbicara. Karena kalian maka buku ini ada. Karena kalian hari-hari bisa kami lalui dengan penuh harapan dan semangat. Karena anak-anakku semua maka aku tetap semangat mendidik  kalian, suatu saat juga bisa jadi pengusaha.
Seluruh teman se perjuanganku di Yayasan Penyebar Semangat Indonesia (YPSI) Jakarta dan Yayasan Pemberdayaan Ummat Darussalam Kebumen senantiasa terus menguatkan betapa arti pentingnya kita terus saling silaturrahmi dan  membangun kebersamaan di dunia pendidikan. Dengan menatap RA dan MI Darussalam yang terus berubah dan berbenah menjadi lebih baik, maka aku merasa memiliki kekuatan tanpa batas dalam perjuangan membangun ummat ini.
Untuk ibuku yang masih asik dengan dakwahnya di kota kecil,Kebumen,Jateng. Walau ibu sudah tua namun semangat perjuangannya yang tidak kenal lelah bersama masyarakat membuat aku terus terinspirasi untuk melanjutkan, walau dengan conten dan modal yang berbeda. Setua itu ibu masih mau bertani di sawah berpeluh keringat membuat aku terkadang malu pada diri sendiri. Semoga buku ini juga bisa jadi persembahan rasa hormatku pada almarhum ayahku, KH.Ikhsanuddin. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya dan menempatkannya di syurga milikNya yang paling indah di sana.  Perjuangan orang tuaku hingga aku bisa menyelesaikan pendidikan dan sangat menginspirasiku betapa itu semua tidak mudah untuk dijalani kecuali dengan ketegaran, kesungguhan dan harapan yang tak kenal padam.
Semoga buku ini memberikan ide-ide segar buat para pembaca yang budiman. Ayo jadi pengusaha. Bersama kita bisa saling memberikan semangat.
Jakarta , Februari 2012
Penulis